Jumat, 31 Agustus 2012

Cerpen Pelangi Persahabatan


           Rintik-rintik hujan turun membasahi halaman SMP Tunas Bangsa, sekolah menengah pertama terfavorit di kota itu. Siswa-siswanya pun pilihan dan berkualitas tinggi. Mayoritas siswa-siswanya adalah golongan menengah-keatas atau hidup berkecukupan. Tetapi tidak untuk Tasya, dia salah salah satu siswi sekolah tersebut yang berbeda dari yang lainnya. Dia bisa sekolah disana karena beasiswa, karena dia merupakan siswi yang berprestasi, tetapi pendiam. Ayah Tasya telah tiada, dia hanya tinggal bersama ibunya. Dia mempunyai dua orang sahabat yang bernama Iza dan Putri. Mereka bertiga selalu bersama dalam suka maupun duka.
          Kurang lebih setengah jam, hujan belum juga reda. Tasya dan teman-temannya masih menunggu di kanopi sekolah untuk pulang.
          “Sya, pulang yuk!” ajak Iza
          “Kan masih hujan?” kata Tasya
          “Iya, nih. Kan masih hujan. Nanti kalau kita sakit gimana hayoo? Terus nggak bisa berangkat sekolah gimana?.” Kata Putri, sahabat Tasya yang paling cerewet.
          “Iih, Putri. Ini kan cuma gerimis. Kan enak kalau hujan-hujan.” Kata Iza
          “Bener juga ya. Ayo deh. Asyik nih pasti.” Kata Putri
          “Iya, ayo..ayo..!!” kata Tasya dengan semangat
          Mereka bertiga berlari keluar sekolah sambil berhujan-hujanan. Mereka sangat menikmati perjalanan pulang sambil bermain hujan. Di tengah perjalanan hujan mulai reda. Dan pelangi pun muncul.
          “Yeah, hujan sudah reda. Nggak asik nih.” Kata Putri cemberut
          “Temen-temen, lihat deh! Ada pelangi tuh. Bagus banget ya.” Kata Tasya
          “Wah, iya Sya. Bagus banget.” Kata Iza
          OMG, cungguh itu bagus beud.” Kata Putri kagum
          “Iih, Putri. Lebay deh. Hehe ” Kata Tasya sambil cengingisan “Pelangi itu melambangkan persahabatan.”
          “Kok bisa, Sya??” tanya Iza heran
          “Karena persahabatan itu bagaikan pelangi. Jika satu warna pelangi itu hilang, maka warna yang lain takkan lagi indah. Begitu pula dengan persahabatan.” Kata Tasya menjelaskan “Kalian paham kan?”
          “Yes. Betul banget. Jika satu sahabat itu pergi, maka sahabat yang lain akan merasa sedih dan tak ada artinya.” Kata Putri menambahkan “Betul kan temen-temen?”
          “Betul banget.” Jawab Iza
******
          Siang yang panas. Terik matahari sangat menyengat, seiring dengan ramainya murid-murid yang sedang pulang sekolah. Tampak dua orang sahabat sedang berbincang-bincang. Ya.. mereka ialah Putri dan Iza. Mereka berniat untuk ke rumah Tasya. Karena Tasya tidak berangkat sekolah hari ini dan tidak ada keterangan. Di perjalanan, Putri dan Iza bertemu dengan Tasya yang sedang berjualan kue. Mereka lalu berteriak memanggil Tasya. Tetapi Tasya malah berlari menjauhi mereka. Putri dan Iza terlihat kebingungan. Dan mereka segera berlari mengejar Tasya. Sampai akhirnya Tasya berhenti juga.
          “Kamu kenapa sih, Sya? Kok lari waktu lihat kita?” tanya Putri
          “Kamu tadi nggak berangkat sekolah kenapa, Sya?” tanya Iza
          “Hmm.. aku jualin kue Ibu.” Jawab Tasya
          “Emangnya Ibumu kemana, Sya? Kok kamu yang jualan.” Tanya Putri
          “emm...” jawab Tasya terlihat bingung
          “Kenapa, Sya?” tanya Iza
          “emm.. Ibuku  sedang dirawat di rumah sakit, dan aku nggak punya uang untuk bayar biaya rumah sakit.” Kata Tasya sambil menundukkan kepala
          “Ya ampun, Tasya. Kenapa kamu nggak bilang sama kita?” kata Iza “Siapa tau kita bisa bantu.”
“A...aku nggak mau ngerepotin kalian dan aku nggak mau kalian merasa terbebani.” Kata Tasya
“Tasya, kita kan sahabatan sejak lama. Jadi, kalau ada masalah bicara sama kita. Siapa tau kita bisa bantu. Kita nggak akan pernah merasa direpotin kok sama kamu.” Kata Putri “Iya kan Za?”
“Iya, betul banget.” Jawab Iza “Sekarang gini aja deh, kita bantuin kamu jualan, Ok?”
“Tap..tapi...” kata Tasya terbata-bata
“Udah, nggak usah pake tapi-tapian. Ayo berangkat!” kata Putri
          Mereka bertiga berkeliling untuk menjajakan dagangannya. Tetapi di tengah perjalanan, hujan deras mengguyur mereka. Tetapi mereka tetap tidak putus asa. Demi mendapatkan uang untuk membayar biaya rumah sakit ibu Tasya, mereka rela berhujan-hujanan. Mereka menjajakan dagangan mereka ke rumah-rumah penduduk. Alhasil, dagangannya pun habis terjual. Ini berkat kekompakan mereka.
          Lalu, mereka menghitung pendapatan mereka. Ternyata, uangnya cukup untuk membiayai pengobatan ibu Tasya. Tasya sangat berterimakasih kepada kedua sahabatnya. Mungkin, jika tidak dibantu kedua sahabatnya itu, dagangan Tasya tidak akan terjual habis. Mereka sangat gembira dan berpelukan.
          “Eh, temen-temen. Lihat deh! Ada pelangi.” Kata Tasya mengejutkan
          “Iya. Kalian ingat nggak kalau pelangi itu lambang persahabatan?” tanya Iza
          “Ingat dong.” Jawab Putri
          “Karena persahabatan itu bagaikan pelangi. Jika satu warna pelangi itu hilang, maka warna yang lain takkan lagi indah.” Kata mereka bertiga serempak “hahaha..!!”
          Mereka bertiga tertawa dan kembali berpelukan.
******

Tidak ada komentar:

Posting Komentar