Kamis, 09 Agustus 2012

Jam Tangan Revi



            Siang yang cerah dengan terik matahari yang menyengat, Revi pulang dari sekolah dengan tergesa-gesa karena mendapat kabar dari tetangganya bahwa ayahnya sakit.
          Ketika sampai di rumah, Revi langsung menuju kamar Ayahnya dan berteriak,”Ayah..Ayah kenapa?” “Ayah tidak apa-apa, Nak! Ayah hanya tak enak badan.”jawab Ayahnya. “Tidak apa-apa bagaimana? Badan Ayah panas sekali.”kata Revi. “Ayah tidak apa-apa kok, Nak! Kamu jangan khawatir!”kata Ayah. “Tapi Yah…” Revi belum selesai berbicara, tapi Ayahnya menyela, “Sudah…Ayah tidak apa-apa, Nak. Sebaiknya kamu sekarang makan dulu sana!” “Iya, Yah.”jawab Revi.
          Selesai makan, Revi menuju kamar Ayahnya dan membawakan makanan untuk Ayahnya. “Ayah, Ayah makan dulu, ya. Biar cepat sembuh!” “Tidak, Nak. Ayah tidak lapar.” Jawab Ayah sambil terbatuk-batuk. “Nak, ini jam tangan kesayangan Ayah untuk kamu, dipakai ya!” kata Ayah sambil menunjukkan jam tangannya kepada Revi. “Wah, bagus sekali! Terima kasih ya, Yah!” kata Revi. “Ya, Nak! Jam tangan itu sebagai kenang-kenangan dari Ayah untuk kamu, ka…karena umur Ayah tinggal sebentar lagi. “Kata Ayah sambil nafasnya tersesak dan memejamkan matanya. “Ayah…bangun! Ayah bangun, Yah! Jangan tinggalkan Revi sendiri, Yah! Ayah…………..!” teriak Revi sambil menangis. Teriakan Revi deidengar tetangga-tetangganya. Bu Esti dan tetangga lainnya datang ke rumah Revi. “Revi, kamu kenapa?” Tanya Bu Esti. “Ayah Bu…Ayah meninggal.” Kata Revi sambil menangis. “Inalillahi wainaillahi roji’un.” Kata Bu Esti dan para tetangga yang datang ke rumah Revi. “Kamu yang sabar ya, Revi !” kata Bu Esti.
          Setelah itu Ayah Revi diburkan di makam dekat desanya. Revi menaburkan bunga di makam Ayahnya sambil menangis.
          Tiga hari setelah Ayahnya meninggal, Revi kembali berangkat sekolah dan sudah mulai melupakan peristiwa yang menimpanya. Revi berangkat sekolah dengan memakai jam tangan peninggalan Ayahnya.
          Hari ini adalah pelajaran olahraga. Karena takut jam tangannya jatuh sewaktu olahraga, Revi menitipkan jam tangannya kepada Ana, sahabatnya. “Ana, aku titip jam tangan ini ya, aku mau olahraga dulu.” Kata Revi. “Oke. Ya sudah aku mau ke toilet dulu.” Kata Ana.
          Waktu Ana di toilet, Ana tidak sengaja menjatuhkan jam tangan revi di air. Dan jam tangan itu rusak. “Ya ampun, jam nya jatuh di air! Aduh…pasti nanti Revi marah.” Kata Ana.
          Setelah selesai olahraga, Revi menghampiri Ana di kantin untuk mengambil jam tangan yang dititipkannya tadi. ”Hai, Ana! Aku mau mengambil jam tanganku yang tadi.” Kata Revi kepada Ana. “Em..m maaf Rev, a..ku tidak sengaja merusakkan jam tanganmu.” Kata Ana terbata-bata karena ketakutan. “Ha…apa? Kok bisa?” jawab Revi dengan nada tinggi. ”Tadi aku tidak sengaja menjatuhkan jam tanganmu di air.” Kata Ana. “Kamu ceroboh banget sih, An! Kamu tahu kan itu jam tangan peninggalan Ayahku satu-satunya!” bentak Revi kepada Ana. “Ma…maaf, Rev! aku nanti ganti jam tangan kamu!” kata Ana. “Tidak bisa…itu jam tangan peninggalan Ayahku dan tidak bisa siganti dengan apapun.” Bentak Revi sambil menggebrak meja dan meninggalkan Ana. Ana merasa sangat bersalah. Revi jadi memusuhi Ana.
          Ana pulang sekolah dengan tergesa-gesa karena mau memperbaiki jam tangan Revi yang rusak. Ana menuju ke tukang servis jam. “Bang, tolong perbaiki jam tangan ini, ya! Kalau bisa secepatnya!” kata Ana kepada tukang servis itu. “Baik, Dik!”
          Setelah memperbaiki jam tangan Revi, Ana pulang dengan tergesa-gesa dan tidak sabar ingin memberikan jam tangan itu kepada Revi. Ana pulang dengan jalan kaki. Ketika Ana menyeberang jalan tiba-tiba Ana tertabrak truk. “Aaaaa……” teriak Ana. Ana pingsan dan terluka parah, lalu Ana dibawa ke rumah sakit.
          Ibu Ana mengabari Revi bahwa Ana kecelakaan. Revi menuju ke rumah sakit dengan terburu-buru. Ketika Revi sampai di rumah sakit, Ana langsug berbicara dengan Revi, “Revi, ini jam tangan kamu sudah aku perbaiki. Maaf kalau aku sudah membuatmu marah.” Kata Ana. “Tidak seharusnya aku marah-marah sama kamu, maafkan aku ya, An, kalau aku sudah membuamu begini.” Kata Revi sambil mengeluarkan air mata. “Iya, Rev. kamu juga maafin aku ya!” “Iya, Ana.” Kata Revi sambil memeluk Ana. Kedua sahabat ini telah bersatu lagi.
*SELESAI*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar